MK : Budidaya Tanpa Tanah
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
BUDIDAYA SELADA SECARA AEROPONIK
DI KEL. BULUBALLEA KEC. TINGGIMONCONG
KAB. GOWA
DISUSUN OLEH:
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH
TINGGI ILMU PERTANIAN (STIP)
MUHAMMADIYAH SINJAI
2011
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas Rahmat dan HidayahNya sehingga laporan praktek lapang ini dengan judul “ Budidaya Selada Secara Aeroponik bertempat di Kel. BuluBallea, Kec.
TinggiMoncong, Kab. Gowa, dapat
diselesaikan guna memenuhi tugas dari dosen pembimbing Mata Kuliah Budidaya
Tanpa Tanah.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motifasi dalam
penyelesaian laporan ini, khususnya kepada Dosen Pembimbing Ibu Irmawati
Waris, S.P, S.Pd yang
telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan selama dalam proses perkuliahan. Dan
tak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada keluarga serta rekan-rekan mahasiswa yang
telah mendukung sepenuhnya.
Penyusun
menyadari sepenuhnya, bahwa apa yang disajikan dalam laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu bentuk kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir
kata penyusun memohon Ridho dari Allah SWT semoga laporan ini bermanfaat bagi
para pembacanya. Amin.
Wassalam
Sinjai, April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Tujuan dan
Kegunaan
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Aeroponik
B.
Metode Aeroponik
C.
Jenis
Tanaman Aeroponik
D.
Prasarana Green
House
E.
Tanaman Selada
BAB III.
METODOLOGI
A.
Waktu dan
Tempat
B.
Alat dan Bahan
C.
Prosedur
Praktik
D.
Metode Praktik
BAB IV. PEMBAHASAN
A.
Hasil
B.
Pembahasan
BAB V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teknologi
penanaman dengan teknik aeroponik merupakan teknologi bercocok tanam sayuran
yang sudah mulai banyak dilakukan oleh pengusaha agribisnis. Hasil produksi
sayuran yang ditanam dengan menggunakan teknologi ini sekarang ini sudah mulai
banyak ditemukan di berbagai pasar swalayan di kota-kota besar. Meskipun
harganya tinggi, namun sayuran ini selalu habis dibeli konsumen. Konsumen
biasanya dari kalangan menengah keatas. Alasan konsumen tetap memburu produk
ini karena kualitas baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma dan citarasa
tinggi.
Aeroponik berasal dari
kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Jadi
aeroponik adalah memberdayakan udara. Aeroponik merupakan salah satu tipe dari
hidroponik karena air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut
hingga mengenai akar tanaman. Salah satu kunci keunggulan aeroponik adalah
oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara sehingga respirasi akar
lancar dan menghasilkan banyak energi.
Dengan semakin majunya teknologi aeroponik, semakin efektif
penerapannya sehingga diharapkan ada efisiensi biaya, sedangkan produksi
diharapkan akan meningkat dengan pesat. Beberapa kelebihan dari
bertanam secara aeroponik antara lain: tanaman dapat dibudidayakan di segala
tempat; risiko kerusakan tanaman karena banjir, kurang air, dan erosi tidak
ada; tidak perlu lahan yang terlalu luas; pertumbuhan tanaman lebih cepat; bebas
dari hama; hasilnya berkualitas dan berkuantitas tinggi; hemat biaya perawatan.
Salah-satu tanaman sayuran yang ditanam secara aeroponik yaitu selada.
Sesuai
dengan kelebihan serta kekurangan dari sistem budidaya secara aeroponik
tersebut yang memotifasi kami mengadakan kegiatan praktek lapangan ini. Dalam
kegiatan ini kami ingin mengamati bagaimana prosedur kerja di dalam sistem budidaya
komoditi tanaman hortikultura secara aeroponik.
B.
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan kami mengadakan
kegiatan praktik lapangan di Kel. BuluBallea, Kec. TinggiMoncong, Kab. Gowa, yaitu:
1.
Sebagai bahan perbandingan antara teori
yang didapatkan di bangku kuliah dengan kegiatan praktik yang dilaksanakan
dilapangan mengenai prosedur kerja serta teknik budidaya secara aeroponik.
2.
Untuk mengetahui jenis tanaman
hortikultura yang dikembangkan secara aeroponik.
3.
Untuk mengetahui bagaimana prosedur kerja serta teknik budidaya di dalam pengembangan
tanaman hortikultura terutama komoditi sayuran secara aeroponik.
Adapun kegunaan dari kegiatan praktik
lapangan ini yaitu sebagai bahan bacaan atau informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa dan pembaca mengenai prosedur kerja serta teknik budidaya khususnya
tanaman hortikultura secara aeroponik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Aeroponik
Aeroponik
berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti
daya. Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Aeroponik merupakan salah satu
tipe dari hidroponik karena air yang berisi larutan hara disemburkan dalam
bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Salah satu kunci keunggulan
aeroponik adalah oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara sehingga
respirasi akar lancar dan menghasilkan banyak energi. Aeroponik
adalah sebuah metode bercocok tanam di udara, tanpa menggunakan media tanah,
tanaman akan disokong menggunakan media papan, Rockwool (tenunan berserat dari helai lava) dan Styrofoam. Hal ini untuk menghindarkan
akar tanaman terkena cahaya lampu yang ada di atas media, batas batang hingga
pucuk tanam atau daun akan berada di atas yang akan mendapat cahaya langsung,
dan akar tanaman akan dibiarkan menggantung di udara.
Teknik ini sebenarnya telah dikembangkan sejak
lama oleh para ahli botani pada tahun 1920-an walaupun masih secara primitif
dan lebih berfokus pada penelitian penyakit akar tanaman, namun lebih
populernya sistem tanam hidroponik membuatnya kurang mendapat perhatian, dan
berkembang dengan lambat. Pada tahun 1942 W. Carter meneliti kemungkinan
perilaku tanaman untuk hidup di dan pada udara, metode memberikan tanaman
makanan melalui uap air pada akarnya. Tahun 1944 L.J. Kolt mejadi orang yang
pertama kali menemukan tanaman jeruk aeroponik dari hasil studi pemeliharaan
akar dari penyakit pada tumbuhan jeruk dan alpukat, tahun 1952 G.F. Trowel pada
tanaman apel. Dan akhirnya F.W. Went pada tahun 1957 menjadi orang pertama yang
berhasil mengembangkan proses pertumbuhan tanaman menggunakan sistem aeroponik
pada kopi dan tomat. Namun yang dianggap sebagai penemu pertama adalah Dr.
Franco Massantini dari universitas PIA di Italia pada tahun 1980 berhasil
mengembangkan teknologi system penanaman aeroponik. Di asia percobaan pertama dilakukan oleh Prof. Lee Sin
Kong dari Nanyang Technological University, di atap gedung dengan menggunakan
bak persegi panjang. Beberapa kelebihan dari teknik budidaya
secara aeroponik adalah:
-
Nutrisi tanaman terjamin, sehingga meningkatkan
kualitas sayuran
-
Tidak tergantung pada musim
-
Tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak
-
Hasil produk yang diperoleh bersih, aman, sehat
dan bebas pestisida
-
Dipanen umur muda, daging sayuran lebih renyah
-
Tanaman lebih cepat tumbuh sehingga frekuensi
panen lebih banyak
-
Tanaman lebih fresh dan tahan lama karena
dijual bersama akarnya
-
Relatif lebih aman dari serangan hama dan
penyakit tumbuhan, karena terlindung oleh green house.
-
Fleksibilitas, tanaman dapat
dipindah-pindah tanpa mengganggu
pertumbuhannya.
-
Kecepatan adaptasi, saat pindah media tanam, bibit bisa langsung tumbuh tanpa
aklimatisasi lama.
-
Menggunakan
teknologi menengah–tinggi, memudahkan pekerjaan
Namun begitu bukan berarti tidak mempunyai
kelemahan, yaitu:
-
Membutuhkan investasi cukup besar
-
Biaya perawatan mahal
-
Diperlukan pengawasan yang ketat terhadap
teknologi yang digunakan
B.
Metode Aeroponik
Secara
detail, prinsip aeroponik sebagai berikut. Stryrofoam yang digunakan berwarna
putih, panjang 2 m, lebar 1 m dan tebal 3 cm. Stryrofoam dibor diameter 1.5 cm
dengan jarak tanam 15 x 15 cm sehingga populasi yang diperoleh 44 tanaman/m2
atau 88 tanaman/helai stryrofoam. Bibit yang berumur 12 hari dimasukkan ke
dalam lubang tanam yang dibantu dengan busa atau rockwool. Sekitar 30 cm
dibawah helai stryrofoam dipasang selang PE diameter 19 mm.
Tiap 80 cm
selang PE ditancapi sprinkler spray jet warna hijau dengan curah
(flowrate) 0,83 l/menit atau setara dengan 50b/jam dan bertekanan 1,5-2
atmosfir pada lubang (oritis) sprinkler. Tenaga untuk mendorong
digunakan pompa dengan daya listrik (watt) antara 800-1.600 W dan dengan debit
200-240 l/m. pompa yang sedemikian kuatnya dapat melayani 100-150 sprinkler
atau setara lahan produksi sekitar 200 m2.
Tekanan
pompa min 1.5 atm, opt 2 atm (diukur dengan manometer). Mengatur tekanan pompa
perlu memperhitungkanhambatan-hambatan yang ada dalam penyaluran aliran.
Misalnya, pompa berada tepat di permukaan tanah, sedangkan semua sprinkler
berada pada 60 cm diatas permukaan tanah. Tenaga untuk menaikkan 60 cm keatas
merupakan hambatan yang akan mengurangi tekanan dan harus diperhitungkan.
Selain itu, adanya percabangaan T, siku (elbow) pada belokan, dan keran
(ballvalve) juga dapat mengurangi tekanan. Pipa penyalur yang kecil akan
menghasilkan gesekan aliran larutan dengan dinding pipa sehingga lebih baik
menggunakan pipa atau selang berukuran agak besar untuk mengurangi gesekan.
Filter
digunakan untuk mengurangi kotoran yang dapat menyumbat lubang sprinkler.
Terdapat beberapa macam ukuran filter dari yang kecil, sedang dan besar.Ukuran
tersebut menggambarkan jumlah liter aliran yang dapat dilalui per jam. Pancaran
kekuatan tinggi akan membentuk kabut butiran halus dengan jarak tembak lebih
dari satu meter, dengan turbulensi tinggi dan akan mengambang lama di udara
sehingga dapai mengenai seluruh sistem perakaran.
C.
Jenis Tanaman Aeroponik
Peluang
kebutuhan akan sayuran berkualitaas sangat terbuka dengan makin banyaknya
masyarakat yang berbelanja ke pasar swalayan. Diversivikasi jenis sayuran perlu
dilaksanakan untuk memenuhi berbagai permintaan pasar. Hingga saat ini jenis
sayuran yang banyak dibudidayakan secara aeroponik antara lain berbagai
kultivar selada (lettuce keriting hijau, cos/romaine, butterhead, batavia,
lollo rossa, iceberg, head lettuce), pakchoy hijau dan putih, caysim, dan
kailan serta horenzo yang baru mulai dikembangan. Kangkung dan bayam juga dapat
diusahakan secara aeroponik. Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang sering
dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran daun yang waktu
panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga jualkomoditas tersebut
juga dipilih yang dapat memberikan keuntungan maksimal. Tanaman rempah penyedap
masakan, seperti oregano, parsley, thyme, dill dan basil dapat diusahakan dalam
volume kecil. Namun karena harga jualnya tinggi maka konsumen atau target pasar
ke hotek berbintang dan restpran eksklusif.
D. Prasarana Green House
Greenhouse adalah tempat dimana tanaman dapat dikembangkan /diletakkan
di dalamnya dan ditumbuhkan dengan tujuan agar tanaman mampu tumbuh dengan baik
dengan kondisi lingkungan yang stabil baik suhu, temperatur, curah hujan,
angin, dan masih banyak lagi factor lingkungan lainnya.. Biasanya greenhouse
terbuat dari rangka berasal dari kayu atau bambu. Adapun atapnya menggunakan
platik UV (ultra violet). (screen) untuk menghindari hama masuk, ventilasi dan
meredam kecepatan angin.
E. Tanaman Selada
Selada (Lactuca sativa)
adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun
daerah tropika.
Kegunaan utama adalah sebagai salad.
Klasifikasi
tanaman selada sebagai berikut ; Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Super Divisi:
Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi:, Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga),
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas: Asteridae, Ordo:
Asterales, Famili: Asteraceae
, Genus: Lactuca,
Spesies: Lactuca sativa L.
Morfologi
tanaman selada, antara lain:
Daun
Daun tanaman selada memiliki bentuk,
ukuran, dan warna yang beragam, bergantung pada varietasnya. Misalnya, jenis
selada yang membentuk krop memiliki bentuk daun bulat atau atau lonjong degan
ukuran daun lebar atau besar, daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau
terang, dan ada yang berwarna hijau agak gelap. Sedangkan jenis selada yang
tidak membentuk krop, daunnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, bagian
tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau
terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dan tulang – tulang
daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan
renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya
memiliki ukuran panjang 20 cm – 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih.
Batang
Tanaman selada memiliki batang
sejati. Pada tanaman selada yang membentuk krop, batangnya sangat pendek dan
hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam
tanah. Sedangan selada yang tidak membentuk krop (selada daun dan selada
batang) memiliki batang yang lebih panjang dan terlihat. Batang bersifat tegap,
kokoh, dan kuat dengan ukuran diameter berkisar antara 5,6 cm – 7 cm (selada
batang), 2 cm – 3 cm (selada daun), serta 2 cm – 3 cm (selada kepala).
Akar
Tanaman selada memiliki sistem
perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menmpel pada baying, tumbuh
menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20 cm – 50 cm atau lebih. Sedangkan akar
tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi. Perakaran tanaman selada dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada tanah yang subur, genbur, mudah menyerap air,
dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam.
Buah
Buah selada berbentuk polong. Di
dalam polong berisi biji – biji yang berukuran sangat kecil.
Biji
Biji tanaman selada berbentuk
lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua, serta berukuran sangat
kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm. Biji selada merupakan biji tertutup
dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman
(perkembangbiakan).
Bunga
Bunga tanaman selada berwarna
kuning, tumbuh lebat dalam satu rangkaian. Bunga memiliki tangkai bunga yang
panjang sampai data mencapai 80 cm atau lebih. Tanaman selada yang ditanam di daerah
yang beriklim sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah.
Selada (Lactuca
sativa) walaupun dikenal sebagai sayuran penghias makanan, namun sebenarnya
selada mempunyai kandungan gizi yang cukup baik bagi kesehatan dan sangat cocok
ditanaman secara aeroponik. Selada mengandung kandungan vitamin seperti A, C,
E, K, dan juga zat-zat lain seperti etakaroten, seng, asam folat, magnesium,
kalsium, zat besi, mangan, fosfor, dan natrium. Selada juga mengandung
bioflavonoid yang berfungsi hampir sama dengan vitamin C, yaitu mempertahankan
fisik agar tetap awet muda. Seladah yang ditanam dengan sistem aeroponik dapat
memperoleh hasil dengan kulitas dan kuantitas yang lebig tinggi dibandingkan
dengan seladah yang ditanam langsung dengan menggunakan media berupa tanah.
BAB
III
METODOLOGI
A.
Waktu
dan Tempat
Kegiatan praktek lapangan ini di
laksanakan pada tanggal 28 sampai 29 April 2012, yang berlokasi di Kel.
BuluBallea, Kec. TinggiMoncong, Kab. Gowa.
B.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam kegiatan praktik lapangan ini yaitu; alat tulis menulis, lembaran
quisioner, serta kamera. Untuk bahan yang digunakan yaitu; berupa literatul
dari internet.
C.
Prosedur
Praktek
Prosedur atau langkah
kerja di dalam kegiatan praktik lapangan ini adalah :
-
Kegiatan mengunjungi lokasi praktek.
-
Mencari responden/ petani di lokasi
praktek sebagai media untuk mendapatkan data/ informasi.
-
Melakukan pengamatan langsung di lokasi
praktek sekaligus mengambil gambar komoditi yang dikembangkan.
-
Mengumpulkan data dan selanjutnya
mengolahnya menjadi laporan hasil praktik lapangan.
D.
Metode
Praktek
Adapun berbagai metode
yang kami gunakan di dalam kegiatan praktik lapangan ini adalah ;
-
Metode observasi : Melakukan pengamatan
lansung terhadap kegiatan yang dilakukan dilapangan.
-
Metode interview: berdasarkan hasil
wawancara dengan pembimbing / responden di lapangan.
-
Metode studi literatur : penulis
melakukan penyusunan laporan dengan pedoman pada literatur yang ada.
BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1. Jenis
komoditi yang diusahakan yaitu Selada keriting.
2. Metode
hidroponik yang digunakan : Aeroponik
3. Penyiapan
green house
a. Ukuran
green house : 8 x 80
Meter
b. Metode
atap green house : monitor
c. Atap
terbuat dari : plastik UV
d. Dinding
terbuat dari : inses
screen
e. Lantai
:
tanah
4. Kolam
a. Ukuran
kolam : bak fiber dengan
kapasitas air yang ditampung 1000
Liter
b. Kolam
terbuat dari : plastik fiber
5. Stryrofoam
a. Ukuran
yang digunakan : 1 x 1 meter
b. Cara
membuat lubang tanam : di solder
c. Jumlah
lubang tanam per m2 : panjangnya
9 lubang tanam dan lebarnya 4 lubang tanam
6. Prasarana
lain yang digunakan
a. Pompa
b. Tangki
c. Bak
fiber
d. Pengatur
waktu
e. Feromon
(penangkap hama berupa serangga)
7. Cara
menyemai benih:
-
Benih terlebih dahulu direndam air
hangat
-
Setelah direndam diangkat/ditiriskan
dari perendaman dan di diamkan selama 1 hari, dalam ruang tertutup/gelap.
-
Memotong media persemaian dengan ukuran
3 x 8 cm untuk 24 benih(disemai). Letut,
pakori, selada keriting, merah, romen, Batavia, batanhci, siona dan hettatus.
8. Cara
menanam :
-
Pindahkan tanaman yang telah berumur 7
HST
9. Membuat
larutan nutrisi
a. Jenis-jenis
hara yang digunakan : Unsure hara yang digunakan berupa pupuk kimia yang
dilarutkan sesuai unsure hara yang dibutuhkan tanaman berupa N, P, K Dll.
b. Dosis/
jumlah yang digunakan :
10. Irigasi
a. Cara
pemberian larutan nutrisi : dengan cara disemprotkan dengan selang waktu yang
telah ditentukan.
b. Frekuensi
pemberian nutrisi : 5 menit On dan 2 Menit Off
c. Volume
sekali pemberian/ semprot : -
11. Cara
pemeliharaan tanaman
Penangananan
hama berupa serangga dengan cara di letakkan perangkap hama berupa feromon yang
ditempel di sekeliling tanaman serta tabung yang digantung kemudian diberi
cairan yang aromanya kurang disukai oleh hama.
12. Panen
dan pasca panen
a. Umur
panen komoditi : 45 hari
b. Cara
panen : dengan cara dicabut langsung mengggunakan tangan
c. Penanganan
pascapanen : setelah dipanen diletakkan di tempat yang suhunya stabil agar
tidak cepat mengalami pembusukan.
13. Pemasaran
a. Lokasi
pemasaran : di Mol, restoran dan Hotel
b. Cara
pemasaran : dilakukan pemesanan terlebih dahulu
B.
Pembahasan
Produk
pertanian dari Kel. BuluBallea, Kec. TinggiMoncong, Kab. Gowa yang merupakan
hasil dari teknik penerapan budidaya secara aeroponik. yaitu berupa selada. Selada
yang dikembangkan memiliki banyak varietas antara lain: selada Letut, selada pakori,
selada keriting, selada merah, selada romen, Batavia, batanhci, siona dan
hettatus. Dari berbagai varietas ini digunakan metode yang sama yaitu metode
aeroponik. Aeroponik adalah pemberdayaan udara. Sebenarnya aeroponik merupakan
tipe hidroponik (memberdayakan air), karena air yang berisi larutan unsur hara/
nutrisi disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar
tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara/ nutrisi tersebut.
Tanaman
selada ini ditanam secara aeroponik di dalam sebuah greenhouse. Greenhouse ini
dalah tempat dimana tanaman dapat dikembangkan/
diletakkan di dalamnya dan ditumbuhkan dengan tujuan agar tanaman mampu tumbuh
dengan baik dengan kondisi lingkungan yang stabil baik suhu, temperatur, curah
hujan, angin, dan masih banyak lagi faktor lingkungan lainnya.. Greenhouse
tersebut terbuat dari rangka berasal dari kayu atau bamboo dengan ukuran 8 x 80
meter. Adapun atapnya menggunakan platik UV (ultra violet) dengan bentuk
monitor. Dan dindingnya terbuat dari inses screen untuk menghindari hama masuk,
ventilasi dan meredam kecepatan angin.
Untuk memenuhi kebutuhan UH bagi tanaman dari budidaya selada maka
di tambahkan larutan nutrisi. Larutan nutrisi ini terbuat dari pupuk kimia berupa
NPK yang dilarutkan ke dalam air di dalam sebuah penampungan air yang disebut
bak fiber yang berwarna orange dengan kapasitas air yang ditampung sebanyak
1000 liter.
Dari
teknik budidaya selada keriting ini, selain bak fiber yang digunakan, masih
banyak lagi sarana dan prasarana lainnya antara lain; prasarana irigasi
misalnya, pipa pralon, sprinkle, pompa, tangki dan pengatur waktu (timer).
Sedangkan untuk penanganan hama menggunakan feromon sebagai perangkap yang
terbuat dari bahan plastik serta kertas yang di dalamnya terdapat cairan yang
sangat kental dan memiliki daya lekat yang sangat kuat.
Teknik
budidaya tanaman selada keriting dengan sistem aeroponik yang telah
dikembangkan petani di Kel. BuluBallea, Kec. TinggiMoncong, Kab. Gowa yaitu:
Pemilihan
benih, pemilihan benih selada yang siap untuk di tanam harus memiliki daya
tumbuh minimal 90% diperoleh dari benih yang dibeli dari toko tani.
Pembibitan,
bibit yang akan ditanam bukan dari hasil kultur jaringan melainkan dari hasil
pembibitan langsung dipersemaian. sebelum dilakukan pembibitan terlebih dahulu
benih direndam ke dalam air hangat selama ± 24 jam kemudian diangkat dan
ditiriskan dari perendaman dan didiamkan selama 1 hari dalam ruang yang gelap/
tertutup. Selanjutnya disemai pada media persemaian berupa rockwool dengan
memotong media persemaian dengan ukuran 3 x 8 cm untuk 24 benih(disemai).
Setelah
tanaman berumur ± 7 HST, tanaman mudah siap untuk dipindahkan ke tempat
penanaman berupa Styrofoam dengan ukuran 1 x 1 meter dan dibuat lubang tanam
dengan jarak tanam 8 x 8 cm. dengan jumlah tanaman sebanyak 36 tanaman/ helai
Styrofoam.
Setelah
itu di lakukan pengaplikasian larutan nutrisi berupa pupuk anorganik (kimia).
Adapun cara pengaplikasian pupuk anorganik ini adalah terlebih dahulu dengan
cara melarutkan pupuk tersebut kedalam air kemudian diaduk secara merata hingga
tanpa ada pupuk yang menggumpal di dalam air. Setelah itu dimasukkan ke dalam
bak penampung nutrisi atau disebut dengan
bak fiber dengan kapasitas menampung air sebanyak 1000 liter. Setelah
itu helaian styrofoam diberi lubang-lubang tanam dengan jarak 15 cm. Dengan
menggunakan ganjal busa atau rockwool, bibit selada ditancapkan pada lubang
tanam/ styrofoam. Akar tanaman akan menjuntai bebas ke bawah. Di bawah helaian
styrofoam terdapat sprinkler (pengabut) yang memancarkan kabut larutan hara ke
atas hingga mengenai akar dari tanaman selada tersebut. Pada sprinkler tersebut
dilakukan pengaturan waktu (timer) dengan frekuensi pemberian nutrisi yaitu
selama 5 menit On dan 2 menit Off.
Penangananan
hama berupa serangga dengan cara di letakkan perangkap hama berupa feromon yang
ditempel di sekeliling tanaman serta tabung yang digantung kemudian diberi
cairan yang aromanya kurang disukai oleh hama. Sedangkan untuk penyakit yang
menyerang tanaman selada, sesuai dengan yang diterangkan petani tersebut hanya
mengalami kesulitan pada hama yang sering menyerang tanaman selada, dan jika
terkena penyakit maka petani mengaplikasikan pestisida anorganik (kimia) secara
langsung.
Umur
panen komoditi selada 45 HST. Dan cara panen tanaman selada yaitu dicabung
dengan menggunakan tangan secara hati-hati untuk menjaga tanaman agar tidak
terluka atau rusak.
Penanganan
pascapanen tanaman selada yaitu diletakkan di tempat yang suhunya stabil agar
tidak cepat mengalami pembusukan.
Terakhir
yaitu pemasaran tanaman selada keriting dengan sistem pemesanan langsung baik
dari mol, restaurant dan hotel. Begitulah teknik budidaya selada keriting
dengan sistem aeroponik yang dikembangkan di Kel. BuluBallea, Kec.
TinggiMoncong, Kab. Gowa.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan
praktik lapangan di Kel. BuluBallea, Kec. TinggiMoncong, Kab. Gowa yang telah
kami lakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan :
1.
Jenis komoditi yang telah dikembangkan
petani yaitu tanaman selada dengan menggunakan metode penanaman secara
aeroponik. Petani mengembangkan berbagai jenis/ varietas selada antara lain;
selada Letut, selada pakori, selada keriting, selada merah, selada romen,
Batavia, batanhci, siona dan hettatus.
2.
Sarana dan prasarana yang digunakan
dengan metode aeroponik antara lain : Greenhouse, Pompa, Tangki, Bak fiber, Pengatur
waktu , Feromon (penangkap hama berupa serangga) serta pipa pralon.
3.
Prosedur kerja serta teknik budidaya
dari tanaman selada dengan metode aeroponik yaitu dimulai dari perendaman benih
selama 24 jam dan ditiriskan selama 12 jam dalam ruang tertutup/gelap. Setelah
perendaman dimulai dari pembibitan dengan media berupa rockwool,
dipindahtanamkan setelah berumur 7 HST, dari pindah tanam tersebut dimulai
pemberian larutan nutrisi dengan selang waktu yang telah ditentukan selama 5
menit on dan 2 menit off. Dipindahkan ke tempat penanaman berupa Styrofoam
dengan ukuran 1 x 1 meter dan dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 8 x 8 cm.
dengan jumlah tanaman sebanyak 36 tanaman/ helai Styrofoam. Selanjutnya
penanganan hama dan penyakit dengan menggunakan feromon (perangkap) serta
pemberian pestisida. Umur panen selada ± 45 HST serta dipasarkan melalui system
pemesanan langsung dari supermarket, pasar tradisional serta hotel.
B.
Saran
Dalam kegiatan praktek berikutnya alangkah
baiknya selain kita melakukan Tanya jawab kepada para petani sebaiknya kita
mencoba melakukan kegiatan yang biasa dilakukan oleh para petani misalnya cara
membuat larutan nutrisi melalui kegiatan praktek secara langsung agar kita
lebih memahami secara mendalam dalam kegiatan budidaya yang dikembangkan oleh
para petani.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, L.S.
2008. System Aeroponik pada Sayuran
Sutiyoso, Y. 2003. Aeroponik Sayuran. Budidaya dengan Sistem
Pengabutan. Penebar Swadaya. Jakarta.